Pilih Laman
inChanger

Pro-kontra mata uang kirpto, bitcoin, masih terus bergulir di saat harganya yang masih berada di level yang tinggi serta dengan volatilitas yang ekstrim. Pihak yang pro menyatakan bitcoin menjadi masa depan untuk transaksi international, sementara yang kontra masih kukuh jika bitcoin merupakan barang spekulasi, bahkan tidak layak disebut sebagai aset.
Citi, dalam laporan Global Perspectives & Solutions (GPS) edisi Maret mengenai bitcon mengatakan mata uang krito ini berada di titik kritis, antara diterima secara mainstream atau hanya ledakan spekulasi. Jika hanya ledakan spekulasi tentunya masa depan bitcoin menjadi suram, dan kemungkinan lenyap nantinya.

“Masa depan bitcoin masih dipenuhi ketidakpastian, tetapi perkembangan dalam waktu dekat kemungkinan besar akan membuktikan bitcoin berada di titik kritis yang seimbang antara diterima secara luas atau hanya ledakan spekulasi,” tulis Citi dalam laporannya.

Meski dikatakan dalam titik kritis, tetapi Citi melihat suatu saat nanti bitcoin akan menjadi pilihan dalam transaksi international, sebab perusahaan semacam Tesla dan PayPal berencana untuk menggunakannya.

Sejak tahun lalu, bisa dikatakan arah angina mulai berpihak kepada bitcoin. Sebab institusi finansial yang sebelumnya melabeli bitcoin dengan segala komentar negatif mulai kini mulai mempertimbangkannya, bahkan sudah ada yang berinvestasi di bitcoin.

Dalam GPS yang dirilis Citi kepemilikan mata uang kripto oleh institusional mengalami peningkatan di tahun 2020, meski masih jauh lebih kecil ketimbang ritel.

Dilihat dari wilayahnya, Amerika Utara (North Amerika/NA) dan Eropa menjadi wilayah dengan porsi kepemilikan bitcoin oleh investor institusional terbesar yakni masing-masing 30%. Di Amerika Utara sebanyak 70% sisanya bitcoin dimiliki oleh investor ritel, sementara di Eropa 63% ritel, dan sisanya 7% tidak diketahui kepemilikannya.

Dari Asia Pasifik (APAC) investor institusional memiliki bitcoin sebesar 16%, kemudian di Timur Tengah/Afrika Utara (MENA) sebanyak 20%, dan di Amerika Latin (LatAm) sebanyak 10%.

Menurut Citi, kondisi moneter saat ini dengan suku bunga rendah, serta risiko kenaikan inflasi membuat institusi finansial bitcoin bisa menjadi lindung nilai terhadap inflasi, diversifikasi portofolio, dan aset aman (safe haven).

Selain itu, semakin tertariknya investor institusional terlihat dari open interest di CME Bitcoin futures, yang menjadi tolak ikut aktivitas investor institusional. Citi melihat, ada lonjakan aktivitas di CME Bitcoin futures hingga 250% pada periode Oktober 2020 hingga Januari 2021.

Selain itu, holding period bitcoin kini dikatakan juga meningkat. Sebanyak 10% bitcoin kini disimpan selama 5 tahun atau lebih.

Millennial akan memberikan pengaruh besar terhadap masa depan bitcoin. Hal tersebut menjadi salah satu alasan BlackRock, perusahaan asset management terbesar di dunia, merubah pandangannya mengenai mata uang kripto ini

Larry Fink, CEO BlackRock, pada Oktober 2017 lalu mengatakan bitcoin adalah “indeks pencucian uang”.

Namun, pendapat Fink kini berubah, ia kini mengatakan bitcoin bisa berevolusi menjadi “pasar global” karena berhasil menarik “perhatian dan imajenasi” pada millennial.

Sebelum Fink, Chief investment officer Blackrock, Rick Rider dalam acara Squawk Box CNBC International Jumat (20/11/2020) juga mengatakan bitcoin “akan diterima” sebab banyak millennial yang menggunakannya.

“Saya pikir mata uang kripto akan diterima. Saya pikir itu akan tahan lama, dan anda sudah lihat bank sentral sudah membicarakan mata uang digital,” kata Rider.

Saya pikir mata uang digital dan penerimaan (di kalangan millennial) teknologinya serta mata uang kripto adalah nyata. Pembayaran digital adalah nyata, jadi saya pikir bitcoin akan diterima,” tambahnya.

Rider bahkan mengatakan suatu saat nanti bitcoin bisa menggantikan emas secara luas.

“Apakah saya berfikir mekanisme bitcoin dapat menggantikan emas secara luas? Ya, saya berfikir demikian, karena mekanisme ini lebih fungsional ketimbang mentransfer emas batangan,” katanya.

Millennial memang menjadi investor utama bitcoin saat ini, dan hal tersebut menjadi kunci akan masa depan bitcoin. Sebab ke depannya, pasar keuangan global akan didominasi oleh kaum millennial.

Hasil survei dari JP Morgan juga menunjukkan millennial lebih memilih bitcoin ketimbang emas.

“Dua kelompok menunjukkan perbedaan dalam preferensi untuk mata uang ‘alternatif’. Kelompok yang lebih tua memilih emas, sementara kelompok muda memilih bitcoin,” kata analis JP Morgan yang dipimpin Nikolaos Panigirtzoglou dalam sebuah catatan yang dikutip Kitco, Selasa (18/8/2020).

Sementara itu hasil survei, deVere Group, perusahaan financial advisory independen dan fintech, terhadap 700 lebih millennial di berbagai negara, sebanyak 67% menyatakan mereka memilih bitcoin sebagai aset safe haven ketimbang emas.

Millennial akan menjadi kunci penting bagi masa depan bitcoin, sebab berdasarkan hasil survei DeVere, akan ada transfer kekayaan antar generasi yang besar. Berdasarkan estimasi, transfer kekayaan tersebut mencapai US$ 60 triliun dari generasi baby boomers ke millennial.

Artinya, dengan millennial lebih memilih bitcoin sebagai safe haven ketimbang emas, ketika transfer kekayaan terjadi tentunya investasi ke bitcoin kemungkinan akan lebih besar lagi, dan penerimaannya semakin luas.

 

https://www.cnbcindonesia.com/tech/20210303181509-37-227645/bitcoin-mengubah-wajah-dunia-atau-lenyap-ditelan-spekulasi/2

inChanger